Bertempat di Aula Sakinah Muslimat Center Cipayung, Jakarta Timur, Jum'at (22/12/2017), Bidang Tahfidz Kampus C STID Mohammad Natsir menggelar acara Daurah Qur'an. Hadir dalam acara tersebut seluruh mahasiswi kampus C STID Mohammad Natsir.
Acara tersebut diisi oleh Ustadz Kausar Afdhal yang baru kembali setelah menyelesaikan study S2 di Sudan. Ia diminta mengisi daurah dengan tema Mengenal Qira'at Imam 'Ashim.
Dalam pemaparannya ia menjelaskan bahwa sejak masa Rasulullah SAW, qira'at itu sudah ada. Sehingga para sahabat dapat belajar langsung dari sumbernya, yaitu Rasulullah SAW.
Kemudian dilanjutkan masa tabi'in yang mempelajarinya dari para sahabat. Sehingga, sanadnya terus bersambung hingga sampai kepada Rasulullah SAW.
Akan tetapi, seiring perkembangannya, terutama pada masa 'Utsman bin Affan, terjadi perbedaan Qira'at hingga sampai pada derajat mengkafirkan satu sama lain. Namun, hal tersebut mampu diatasi oleh khalifah 'Utsman dengan cara menyatukannya dalam dialek Qurays. Sehingga dikenal dengan nama Mushaf Utsmani.
Ia melanjutkan bahwa Al Qur'an juga dinamakan Qira'at Shahih sebab semua jenis Qira'at Shahih ada di dalamnya. Sedangkan ketika penyebutan Qira'at tanpa disertai kata shahih maka Al Qur'an tidak bisa dinamakan Qira'at saja. Karena Qira'at dapat dikatakan Shahih ketika memenuhi 3 syarat; sanadnya mutawatir, sesuai mushaf Utsmani, dan sesuai kaidah Bahasa Arab.
Selain itu, ia juga menyampaikan nama-nama 7 Qurra' terkenal yang masing-masing dari mereka memiliki 2 periwayat dan setiap periwayat itu memiliki Thariqah. Di antara 7 Qurra' tersebut adalah Imam Nafi, Ibnu Katsir, Abu 'Amr, Ibnu Amir, Imam 'Ashim, Imam Hamzah dan Imam Al Kasa'i.
"Mayoritas orang Indonesia memakai riwayat Hafs 'an 'Ashim yang memiliki 58 Thariqah," ungkapnya sembari menutup acara dikarenakan waktu Shalat Jum'at telah tiba.
Penulis: Anis Marsela
Tidak ada komentar:
Posting Komentar