Derita, siksa, dan duka, sering kita dengar dari berbagai media tentang warga Suriah. Syaikh Anas As-Suwaid, kepada tim JITU (jurnalis Indonesia Bersatu), sebagaimana dilansir situs Hidayatullah.com, mengatakan selama kurang lebih 40 tahun rakyat Suriah tertindas dan tertekan.
Kebebasan dan keadilan, kata Syaikh Anas saat dijumpai di tengah jeda Muktamar Ulama Tinggi Suriah di Turki, Jumat hingga Sabtu (11-12 April 2014), telah terenggut dari mereka. Tak ada seorangpun yang berani menyuarakan kebenaran karena pasti akan ditindas.
Ini hanya gambaran singkat penderitaan panjang warga Suriah. Bahkan tak sekadar warga, para relawan pun tak luput dari kekejaman pemerintah Bashar al-Assad.
Bagaimana tidak, kata Rizqy Utama, mahasiswa Indonesia yang kuliah di Mesir dan telah dideportasi karena menjadi relawan Suriah, kepala mereka dihargai layaknya buronan. "Kalau nggak salah, harganya 2.500 dolar (AS) per kepala," terang Rizqy.
Parahnya lagi, hal tersebut disampaikan terang terangan di televisi.
Namun, dalam dekap derita tersebut, warga Suriah masih sempat tertawa dan bermain bola.
"Jika ada kawan yang bertanya tentang mereka, saya hanya bisa mengatakan kalau mereka teguh dalam gemuruh," cerita Rizqi saat bertemu penulis di rumah kontrakan di Ketapang, Pasar Minggu, Jakarta Selatan. Ia bercerita banyak setelah tiba di Indonesia pada Ahad, 26 Oktober, pukul 22.10 WIB.
Saat liputan di Idlib, Suriah (10/14), relawan Peduli Muslim, Yufid, dan Rodja ini menyaksikan bagaimana masyarakat Suriah menjalani hidup dengan ceria. Padahal, banyak orang menyangka mereka tak sanggup lagi tertawa.
Pengirim: Zaki (Mahasiswa LIPIA Jakarta)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar